Competency
Rekan-rekan sekalian, kita tahu dan menyadari bahwa dalam persaingan bisnis saat ini, persaingan cukuplah ketat, dimana persaingan t
Terkadang dalam keseharian, HRD dan manajemen
perusahaan terlalu terpaku pada sisi administrasi dan sedikit ’melupakan’ dalam
sisi development, padahal sisi ini
adalah salah satu yang menentukan arah bisnis kedepannya. Seperti kita ketahui
bersama bahwa perspektif people
development dalam dunia praktis HRD saat ini
berpijak pada 2 (dua)
pendekatan, yaitu competency based dan talent based.
Pendekatan
dengan talent based adalah dengan
pemetaan dari setiap karyawan berdasarkan talenta yang dimiliki, dan dari sini
akan dibuatkan satu talent pool yang
mendapatkan approach khusus yaitu
untuk mempersiapkan para pemimpin maupun kandidat yang akan menjadi top performer perusahaan kedepannya.
Dalam menggunakan pendekatan competency
based, disini
ditemukan dan dibangun kompetensi setiap orang diorganisasi sehingga dari
kompetensi tersebut bisa digunakan untuk efektifitas dalam mengatur setiap
orang di organisasi. Biasanya talent
based memadukan pendekatannya dengan competency
juga sehingga memberikan dampak yang lebih baik dan powerful.
Seperti kita ketahui bersama bahwa dengan
menerapkan sistim kompetensi competency
based maka ada beberapa hal yang bisa kita improve antara lain:
•
Kriteria penilaian kinerja karyawan menjadi lebih
jelas
•
Kriteria seleksi dan perekrutan karyawan baru
menjadi lebih jelas
•
Program pengembangan SDM lebih terarah dan terencana
•
Memudahkan proses perencanaan karir
Dari berbagai berbagai sumber saya simpulkan bahwa kompetensi itu adalah:
Pengetahuan, keterampilan dan sikap membentuk
karakteristik perilaku / kualitas pribadi yang diperlukan oleh setiap karyawan
agar dapat menyelesaikan pekerjaan secara optimal…
Dalam pendekatannya kompetensi sendiri di
dunia praktis biasanya dibagi atas 2 bagian yaitu
Hard
competency
yaitu: kompetensi tentang pengetahuan (apa yang saya ketahui) dan tentang ketrampilan
(apa yang saya bisa lakukan). Hard competency ini lebih mudah untuk diamati dan
dibentuk/dikembangkan. Hard competency ini penting untuk berhasil tapi tidak cukup
hanya ini karena mesti ada lagi kompetensi lainnya (soft competency). Contoh
hard competency misalnya pengetahuan tentang accounting, finance,
HRD, programming computer, pengetahuan tentang hardware computer,
dan lain sebagainya.
Soft
competency yaitu:
Konsep diri (bagaimana melihat diri saya), sifat (apa yang menjadi kebiasaan saya), dan motif (apa yang menimbulkan energi saya). Kompetensi ini lebih sulit
untuk diamati dan perlu waktu lama untuk dibentuk/dikembangkan. Kompetensi ini
menjadi karakteristik mendasar yang penting untuk keberhasilan seseorang dalam
pekerjaannya. Contoh kompetensi ini misalnya leadership, customer service
orientation, information seeking, achievement orientation dan sebagainya.
Kemudian kompetensi dibagi lagi dalam 3 kelompok kompetensi berdasarkan
organisasi, posisi dan pekerjaan yaitu:
ü
Kompetensi organisasi/inti atau yang biasa disebut dengan core competency
ü
Kompetensi pekerjaan atau terkadang disebut juga dengan functional/technical competency
ü
Dan kompetensi managerial/role yaitu kompetensi dibidang managerial.
Terkadang kompetensi managerial/role dimasukkan juga dalam fuctional/technical competency dikarenakan adanya asumsi bahwa seorang manager tentu kemampuan managerialnya adalah termasuk kompetensi technical/fungsional bagi dia.
Ada juga yang membuat kompetensi ke tiga ini adalah kompetensi personal atau personality competency, namun terkadang ada juga yang mengasumsikan bahwa personality sudah masuk di core competency dan/atau di functional/technical, misalnya customer service oriented diposisi seorang call center/helpdesk, karena posisi call center/helpdesk harus memiliki kompetensi ini, maka kompetensi ini dimasukkan dalam kompetensi fungsi atau teknikal, tentu semuanya tergantung kebutuhan dan filosofi yang dianut oleh organisasi dalam menentukannya.
Terkadang kompetensi managerial/role dimasukkan juga dalam fuctional/technical competency dikarenakan adanya asumsi bahwa seorang manager tentu kemampuan managerialnya adalah termasuk kompetensi technical/fungsional bagi dia.
Ada juga yang membuat kompetensi ke tiga ini adalah kompetensi personal atau personality competency, namun terkadang ada juga yang mengasumsikan bahwa personality sudah masuk di core competency dan/atau di functional/technical, misalnya customer service oriented diposisi seorang call center/helpdesk, karena posisi call center/helpdesk harus memiliki kompetensi ini, maka kompetensi ini dimasukkan dalam kompetensi fungsi atau teknikal, tentu semuanya tergantung kebutuhan dan filosofi yang dianut oleh organisasi dalam menentukannya.
Bagaimanakah cara membangun dan mengembangkan core competency? Untuk core
competency cara
membuatnya sebenarnya cukup mudah, yaitu menggunakan metode kualitatif yang
sederhana kemudian kita validasi menggunakan metode statistik. Teknik mengolah data dapat menggunakan teknik analisis pairwase comparison. Teknik analisa ini berbandingan berpasangan untuk menentukan prioritas sejumlah aspek yang diperbandingkan untuk kemudian kita dapatkan pilihan aspek berdasarkan urutan prioritas. Tentu dalam penentuan prioritas ini dengan melakukan workshop lagi terhadap top manajemen perusahaan.
Sebelum kita lakukan analisa pembuatan kompetensi organisasi / kompetensi inti, sebaiknya perlu kita satu bahasakan terlebih dahulu persepsi
kita bahwa kompetensi bisa disebut sebagai “organization/core
competence”, jika memenuhi 3 kriteria yaitu
:
1. Memberi nilai tambah bagi
pelanggan,
2. Membedakan dengan pesaing
(sesuatu yang unik, yang sulit ditiru oleh para pesaing), dan
3. Mampu untuk mendorong
keberhasilan perusahaan di masa depan.
Adapaun tahapan yang bisa digunakan dalam pembuatan core competency bisa menggunakan alur
berikut ini:
Tahapan pertama adalah mengumpulkan dokumen strategi perusahaan.
Di dalam dokumen tersebut biasanya kita memperoleh perihal visi, misi, tujuan
perusahaan, sasaran perusahaan, nilai-nilai budaya / organisasi yang disusun oleh manajemen dan dijadikan acuan
manajemen perusahaan dalam menjalankan roda bisnisnya. Dalam tahapan
ini, sebaiknya kita pahami dan pelajari terlebih dahulu secara mendalam, dan bila perlu mengadakan workshop terhadap senior
manajemen untuk memberikan pemahaman perihal rencana strategi perusahaan
tersebut dan menggabungkan semua tahapan di atas mulai dari strategi
perusahaan, tuntutan organisasi, prilaku SDM yang perlu dibentuk sampai dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
Penyusunan ini tentu tidak hanya melalui wawancara saja tapi juga
dengan workshop dan analisa mendalam yang kita lakukan. Dari hasil analisa ini
kita bisa lengkapi matriks berikut ini yang bisa dijadikan tool dalam penentuan core
competency ini
Hasil dari analisa anda di atas adalah berupa daftar kompetensi
inti sementara. Berapa jumlah kompetensi inti tersebut tergantung dari seberapa
banyak keahlian/kompetensi yang dibutuhkan untuk mewujudkan strategi perusahaan. Praktis
dilapangan biasanya untuk core competency
maksimal hanya 5 saja. Misalkan berdasarkan analisa diperoleh core competency :
- Customer
Service Orientation
- Relationship
Building
- Self
Confidence
- Technical
Expertise
- Information
Seeking
Setelah mengembangkan core
competency, saatnya kita membedah cara menyusun dan mengembangkan
kompetensi fungsional (functional/technical competency) dan
bisa mengikuti tahapan berikut ini:
Selain metode di atas bisa juga digunakan metode SWEBOOK, dimana
dibuat terlebih dahulu chain process
dari pekerjaan yang ada, lalu dari situ dianalisa detail pekerjaan yang ada dan
kompetensi yang dibutuhkan disetiap chain
process yang ada.
Berikut disampaikan contoh
penyusunan dan pengembangan functional competency dengan metode SWEBOOK untuk
posisi software engineer/programmer:
Kompetensi
Software Engineering/Programmer
Area
Kompetensi 1:
Analisis Kebutuhan Pengguna (User
Requirement Analysis)
|
||||
Definisi:
Kemampuan menggali data / informasi dari pengguna baik melalui dokumen,
interview, diskusi, atau workshop dengan pengguna, melakukan analisis, dan
kemudian menghasilkan rumusan kebutuhan spesifik dari pengguna.
|
||||
Kompetensi
1.1:
Penggalian Kebutuhan (Requirement
Elicitation)
|
||||
Definisi:
Kemampuan untuk mengidentifikasi sumber informasi dan sumber referensi yang
merupakan sumber untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik dari pengguna,
serta mengaplikasikan berbagai metode untuk mengumpulkan informasi tersebut.
|
||||
Elemen Kompetensi
|
Deskripsi Level Kompetensi
|
|||
Level 1
|
Level 2
|
Level 3
|
Level 4
|
|
1.1.1. Identifikasi seluruh sumber informasi dan
referensi
|
Memahami
konsep mengenai pihak – pihak yang dapat dijadikan narasumber.
Memahami
konsep mengenai materi – materi yang dapat dijadikan referensi.
|
Terlibat dalam proses
identifikasi (dalam suatu proyek) pihak – pihak yang dapat dijadikan
narasumber.
Terlibat dalam proses
identifikasi (dalam suatu proyek) materi – materi yang dapat dijadikan
referensi.
|
Mengidentifikasi
(dalam suatu proyek) pihak – pihak yang dapat dijadikan narasumber.
Mengidentifikasi
(dalam suatu proyek) materi – materi yang dapat dijadikan referensi.
|
Menentukan
(dalam suatu proyek) pihak – pihak kunci (key
persons) yang merupakan narasumber utama.
Menentukan
(dalam suatu proyek) materi – materi kunci (essential materials) yang merupakan referensi utama.
|
1.1.2.
Metode pengumpulan informasi dan referensi
|
Memahami
metode-metode untuk mengumpulkan informasi dan referensi.
|
Terlibat dalam proses (dalam
suatu proyek) pengumpulan informasi dan referensi.
|
Melakukan (dalam
suatu proyek) pengumpulan informasi dan referensi.
|
Menentukan
(dalam suatu proyek) metode pengumpulan informasi dan referensi yang paling
efektif.
|
Disini dilakukan wawancara dengan BOD dan beberapa nara sumber
terpilih lainnya misalnya dari manager lainnya, dari karyawan lainnya dan
terkadang bisa juga dengan pihak lainnya yang dianggap perlu dan bisa
memberikan masukan. Wawancara tentu dilakukan dengan berpedoman pada uraian
pekerjaan yang ada. Dari sini akan muncul tuntutan prilaku yang diharapkan dan
akhirnya sampai pada alternative kompetensi.
Setelah menyelesaikan pembuatan kompetensi di atas, tugas anda
selanjutnya adalah merumuskan uraian kompetensi, level of profiency,
deskripsi level, dan indicator kompetensi di setiap levelnya yang kesemuanya
ini nantinya disebut dengan competency dictionary (kamus kompetensi). Kamus
kompetensi ini akan menjadi ukuran, tolak ukur dan standar dalam melakukan
review maupun assessment terhadap
kompetensi yang ada.
Hal lain lagi yang perlu diperhatikan adalah bahwa kompetensi juga
sesuatu yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan organisasi maupun
bisnis, sehingga bukanlah hal yang tabu jika kompetensi juga mesti di review setiap tahunnya jika diperlukan…
Terima kasih telah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat
No comments:
Post a Comment